Keterlibatan Akademik STTBI dalam Memperkuat Kesiapan AI Nasional
- Ezekiel Eleos Augustin
- 6 days ago
- 2 min read
Dengan menimbang urgensi imperatif digitalisasi dan etika teknologi, Sekolah Tinggi Teologi Betesda Indonesia (STTBI) telah berpartisipasi aktif dalam Pertemuan Nasional: Strengthening AI Readiness Across Sectors: From Awareness to Action pada tanggal 5 November 2025 di Royal Kuningan, Jakarta.

Pertemuan strategis ini merupakan salah satu episode krusial dari Program AI Ready ASEAN, sebuah inisiatif monumental yang diinisiasi oleh ASEAN Foundation dengan sokongan filantropis dari Google.org. Agenda akademik dan diskursif ini secara fundamental berorientasi pada penyatuan visi dan sinergi antar-pemangku kepentingan utama, meliputi representasi dari sektor Pemerintah, Akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan institusi relevan lainnya.
Tujuan dan Orientasi Filosofis
Tujuan utama kegiatan ini secara eksplisit adalah untuk mengidentifikasi prioritas bersama (shared priorities), menjembatani kesenjangan pemahaman (understanding gaps) terkait kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence - AI), serta merumuskan rekomendasi kebijakan yang dapat diimplementasikan (actionable recommendations). Secara filosofis, inisiatif ini menegaskan komitmen kolektif untuk bertindak sebagai katalis dalam mewujudkan masyarakat yang siap AI (AI-ready society), sebuah transformasi digital yang mengedepankan inklusivitas dan kontribusi bermakna dari seluruh segmen masyarakat.

Delegasi dan Representasi Institusional
Dalam kerangka kontribusi akademik-teologis, STTBI mendelegasikan dua utusan terpilih yang merepresentasikan integrasi keilmuan dan praksis etika:
Bapak Allen Jordi Ibrani, M.Th. (Dosen Etika Kristen), yang membawa perspektif kritis-teologis mengenai implikasi moral dan sosial dari adopsi AI.
Sdr. Frans Jepri Barasa (Mahasiswa Program Studi S-1 Teologi), yang merefleksikan pentingnya literasi digital dan kesiapan kaum muda dalam menghadapi revolusi teknologi ini.
Partisipasi STTBI dalam forum nasional ini menegaskan kembali tanggung jawab institusi pendidikan teologi untuk tidak hanya berfokus pada dimensi spiritualitas, namun juga terlibat secara profetik dan transformatif dalam diskursus mengenai Etika Teknologi dan Pembangunan Masyarakat di era digital.







Comments